Pembangunan Pelabuhan Dibagi Tiga Tahap
Kaltim - Pembangunan Kawasan Industri dan Pelabuhan Internasional (KIPI) Maloy di Kaltim dibagi menjadi tiga tahapan, untuk tahap pertama difokuskan disekitar Maloy dan pembebasan lahan dengan waktu lima tahun (2008-2013).
“Pembangunan untuk tahap pertama dalam waktu 2008 hingga 2013 ini difokuskan pada koneksitas di sekitar Maloy dan pembebasan lahan di Teluk Golok Kabupaten Kutai Timur,” ucap Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kaltim Rusmadi.
Dia melanjutkan, untuk tahap kedua diarahkan pada pembangunan pelabuhan internasional di Teluk Golok, serta akses jaringan jalan yang menunjang proses distribusi barang dan infrastuktur penunjang pelabuhan.
Setelah itu pengembangan pada tahap ketiga diarahkan untuk proses penyelesaian dan pembangunan kawasan wisata di KIPI Maloy. Sementara itu, pembangunan yang saat ini sedang dalam proses pembebasan lahan oleh Pemprov Kaltim, digulirkan anggaran sebesar Rp 40,67 miliar untuk tahap pertama.
Pembanguna KIPI Maloy diarahkan sebagai prasarana pengembangan kawasan industri berbasis oleochemical, karena dikawasan itu memiliki potensi besar untuk pengembangan pertanian dalam arti luas. Rencana pengembangannya aka nada empat terminal, yakni General Cargo, terminal Crude Palm Oil (CPO), terminal batu bara, dan peti kemas dengan total investasi diperkirakan Rp 5,7 miliar untuk menampung potensi produksi CPO yang mencapai 2,94 juta ton per tahun.
Pengembangan pelabuhan untuk terminal CPO tersebut, akan mampu diandari kapal yang berkapasitas 70.000 DWT (deed weight tonnage), dan terminal cargo berkapasitas kapal 5.000 DWT. Hingga kita terdapat 13 perusahaan pengolah sawit yang beroperasi di Kutai Timur, tiga di antaranya berlokasi di kawasan industry Maloy. Salah satu perusahan yang sudah membangun pabrik adalah PT Sumber Karisma Persada (SKP) yang mulai beroperasi pada 2010. Perusahaan yang memiliki kapasitas pengelolahan sawit 30 ton per jam ini menanamkan investasi awal sekitar Rp 140 miliar.
Saat ini, pabrik yang menempati areal 2,5 hektare itu sudah menyerap 100 tenaga kerja didalam pabrik, sedangkan tenaga kerja yang terserap diperkebunan sawit milik PT SKP ada sekitar 1.500 orang. Investor lainnya yang sedang membangun pabrik pengolahan sawit adalah PT Indonesia Plantation Sinergy dengan kapasitas 60 ton per jam. Saat ini proses pembangunan pabrik sedang berjalan dan selesai pada akhir 2011.
Perusahaan dengan investor asal Malaysia ini juga telah membuka lahan sawit baru seluas 2.800 hektare dari total 5.900 hektare yang telah diberikan hak pengelolaan, sedangkan proses penanamannya sudah mulai pada akhir 2009. Pembangunan pabrik pengolahan sawit telah menyerap 300 tenaga kerja, sementara jumlah tenaga kerja di kebun sawit mencapai 500 orang. Seiring dengan pembangunan pabrik CPO yang dilengkapi dengan pabrik minyak goring, tenaga kerja yang terserap kan lebih besar. MANDU
0 komentar:
Posting Komentar