Angkutan Umum DKI Jakarta Menggunakan BBG
100.000 Angkutan Umum Di Jakarta Menggunakan BBG tahun 2013
Jakarta - Dewan Energi Nasional (DEN) mengharapkan dalam tahun 2013 sebanyak 100.000 unit angkutan umum di DKI Jakarta sudah menggunakan Bahan Bakar Gas (BBG) menggantikan bahan bakar minyak (BBM). Saat ini, baru sekitar 4.000 unit angkutan umum di DKI Jakarta yang menggunakan BBG dari sekitar 400.000 unit angkutan umum yang ada di daerah provinsi tersebut.
Dalam Perda nomor 2/2005 tentang pengendalian pencemaran udara disebutkan, bahwa semua angkutan umum dan kendaraan operasional Pemda DKI Jakarta wajib menggunakan BBG terhitung mulai 25 Oktober 2012.
Menanggapi Perda tersebut Herman Agustiawan, anggota DEN mengatakan DEN menyambut positif Perda tersebut. Dia mengatakan revitalisasi program BBG untuk transportasi dimaksudkan untuk diverisifikasi energi. Sektor transportasi sudah tidak bisa terus ketergantungan pada BBM. Sebab, kata dia, kalau terus ketergantungan pada BBM, impor BBM akan terus meningkat bahkan harga BBM kini mahal dan akibatnya alokasi subsidi BBM semakin memberatkan APBN. “Karena itu, penggunaan BBM pada transportasi harus dikurangi dengan konversi BBG untuk angkutan umum,”kata Herman Agustiawan.
Selain itu, revitalisasi konversi BBG untuk angkutan umum juga untuk menurunkan 26% emisi rumah kaca pada tahun 2020. Sebab, selain berperan dalam menurunkan emisi rumah kaca (CO2CH4, CFC, N2O, HFC5, PFC5,SF6), hal ini juga sejalan dengan tekad pemerintah untuk melindungi warga dari pencemaran udara.
Herman Agustiawan lebih jauh mengatakan untuk melayani sekitar 100.000 unit angkutan umum dengan variasi total konsumsi per hari mulai 10 LSP (liter setara premium) untuk bajaj, 30 LSP untuk taxi,mikrolet,dan lain lain.,90 LSP (bus sedang ) dan 200 LSP (bus besar), maka di Jakarta perlu tersedia pasokan BBG sebanayak 3.778 KLSP (kilo liter setara premium) per hari. “Idealnya, pasokan BBG ini dilayani sekitar 65 SPBG (Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas). Sekarang ini, SPBG di Jakarta tinggal hanya 5 SPBG,”kata Herman.
Herman Agustiawan mengatakan pula, pelaksanakan konversi BBG untuk angkutan umum hingga kini masih berjalan sangat lamban dan tersendat-sendat. Hal ini, kata dia, disebabkan harga BBM yang terlalu rendah atau harganya belum mencapai tingkat keekonomian DEN pernah mengusulkan kepada pemerintah harga jual BBG ke pasaran Rp 3.600/cubik feet (kaki kubk) tapi Desember 2010 pemerintah hanya menyetujui harganya Rp 2.100/cubik feet. Dengan harga yang belum pada tingkat keekonomian ini, para produsen dan juga investor menjadi kurang bergairah untuk mensuplai BBG untuk angkutan umum. Selain itu, dengan harga yang terlalu rendah investor sekaligus produsen gas seperti Pertamina, PGN juga enggan untuk membangun infrastuktur seperti pembangunan SPBG, pengadaan konvertion kid (tangki untuk pengisian BBM disetiap angkutan umum),dan lain-lain.
Sementara itu, Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudjajono Partowidagdo mengatakan konversi BBG untuk angkutan umum di Jakarta sebesar 3.778 KLSP/hari bisa mengurangi beban subsidi BBM di DKI Jakarta sebesar Rp 2,1 triliun/tahun. Sedangkan anggaran yang disediakan pemerintah dalam APBN tahun 2012 sebesar Rp 960 miliar, kata Sudjajono Partowidagdo, bukan untuk subsidi BBG tapi untuk pembangunan infrastuktur seperti SPBG, pengadaan konvertion kid,dan lain-lain.(mgn)
0 komentar:
Posting Komentar