Makna Kehidupan Jahiliyah Modern
Oleh : Drs. H. Fathur Rohman. AR, M.Pd.I
(Dosen Ilmu Kalam/Theologi Islam STAI Taswirul Afkar Surabaya)
Drs. H. Fathur Rohman. AR, M.Pd.I |
Makna dari sebuah perkataan adalah sangat penting, karena dari makna tersebut seseorang akan dapat mengetahui tentang interpretasi atau tafsiran-tafsiran yang lebih dalam. Apabila seseorang salah dalam menginterpretasi dari makna suatu perkataan maka salahlah dalam pemahaman yang terkandung dalam perkataan tersebut, demikian juga sebaliknya. Seperti halnya perkataan “Jahiliyah” yang dalam pengertian selama ini banyak dianut orang adalah sebagai zaman kebodohan. Padahal pengertian kebodohan disini dapat digambarkan sebagai zaman dimana ilmu pengetahuan dan tehnologi masih belum ada atau dengan perkataan lain sebagai zaman yang masih hidup dalam primitif.
Kalau kita kaji dalam sejarah kehidupan bangsa arab jahiliyah (baca buku “Sejarah Kebudayaan Islam” karya : Prof. A. Hasymi) bahwa mereka sudah memiliki kebudayaan yang tinggi dan ilmu pengetahuan yang canggih, seperti ; ilmu meteorology, mytologi, At-thib (pengobatan), perbintangan dan sebagainya. Berdasarkan fakta sejarah tersebut di atas maka bangsa arab jahiliyah bukanlah bangsa yang bodoh atau primitif melainkan bangsa yang telah memiliki peradaban budaya yang tinggi dan kecerdasan akal yang sangat tinggi.
Bertitik tolak dari pernyataan tentang intepretasi makna jahiliyah yang salah ini, maka dipandang perlu untuk meluruskan makna jahiliyah tersebut sehingga nantinya kita akan memperoleh pengertian jahiliyah yang sebenarnya. Dan tentunya kita akan merelevansikan dengan kenyataan-kenyataan yang ada dalam kehidupan masa sekarang yaitu “Kahidupan Jahiliyah Modern”.
Munculnya sejarah peradaban manusia telah dimulai sejak diturunkan nabi Adam dan Hawa ke permukaan bumi dan berangsur-angsur peradaban tersebut berkembang sampai menuju pada peradaban manusia yang sangat tinggi sekarang ini. Akan tetapi dalam proses menuju ke peradaban yang tinggi ini kehidupan manusia harus diatur oleh norma-norma religi dan norma kehidupan agar nantinya kehidupan manusia tidak keluar dari jalur atau tabi’at kehidupan manusia itu sendiri. Akan tetapi dalam bentuk kehidupan manusia sehari-hari selalu di warnai oleh pola pikir dan ideolgi modern. Hal ini terbukti dengan munculnya beraneka ragam budaya dan pola pikir serta keyakinan manusia yang modern.
Berpijak dari pembicaraan tentang makna kehidupan jahiliyah di abad modern, maka terlebih dahulu kita berikan batasan terlebih dahulu tentang jahiliyah itu sendiri. Kalau kita sandarkan pada fenomena-fenomena tersebut di atas yaitu dimana tingkat kebudayaan manusia sudah sangat tinggi, ilmu pengetahuan semakin maju sedangkan kehidupan manusia masih diwarnai oleh praktek-praktek kejahiliyaan, maka dari sini kita akan dapat memberikan batasan bahwa yang disebut “Jahiliyah” adalah zaman yang diwarnai oleh praktek-praktek kehidupan manusia dalam menentang terhadap kebenaran- kebanaran Allah SWT, serta pembangkangan terhadap perintah dan larangan-Nya, meskipun kebenaran itu sudah dibuktikan dan mereka semua telah mengetahuinya.
Manusia adalah sebagi makhluq “Zoon Politicon” maka sudah barang tentu dalam kehidupannya telah meliputi segala aspek seperti ; kepercayaan, ekonomi, social, politik dan kebudayaan. Dari aspek inilah kita akan mengetahui kejahiliyaan manusia misalnya; merajalelanya praktik perjudian, pemerkosaan, pembunuhan, berfikiran atheis, dan sebagainya.
Bertitik tolak dari peristiwa tersebut di atas, maka ternyata praktek-praktek semacam itu masih mewarnai dalam kehidupan manusia modern hanya saja corak praktek dan variasinya yang berbeda karena seiring dengan canggihnya ilmu pengetahuan dan tehnologi modern. Hal ini tentu saja praktek jahiliyah sekarang berbeda dengan praktek jahiliyah di masa lampau, namun pada hakikatnya sama.
Adapun bentuk praktek jahiliyah di zaman sekarang yaitu canggihnya perjudian yang berbentuk lotere, kasino, perjudian lewat internet, perjudian lewat sumbangan dana social, dan sebagainya.
Praktek penyimpangan sosial; orang tua membunuh anak kandungnya sendiri atau sebaliknya anak membunuh orang tua sendiri, pembunuhan janin atau bayi dalam kandungan (aborsi), perkawinan tanpa nikah (kumpul kebo), pelacuran, jual beli wanita (trafiking), motif dan corak pakaian yang sudah meninggalkan norma kesopanan (telanjang bulat), munculnya berbagai minuman dan obat keras yang memabukkan. Praktek penyimpangan pola pikir; munculnya tehnologi dan ilmu pengetahuan modern sehingga pola pikir manusia dirasuki oleh kebenaran sains, Ilmu pengetahuan dianggap mampu menjawab segala tantangan zaman dan tuntutan kebutuhan hidup sehingga manusia cendrung hidup matrialis, agama dianggap sebagai doktrin dan dogma belaka, agama diperuntukkan bagi manusia yang berfikiran konservatif dan orang-orang yang mengalami cacat rohani, bahkan lebih jauh lagi mereka telah memberikan dikotomi antara agama dan ilmu pengetahuan, padahal ilmu pengetahuan bersumberkan dari agama (Al-quran-Hadits).
Dasar pemikiran dari kebenaran ilmu pengetahuan dan faham materialis manusia sekarang banyak mengabdi atau menyembah pada hasil ilmu pengetahuan itu sendiri (komputer). Keberadaan computer sementara dianggap orang sebagai “Tuhan dunia” karena ia dianggap mampu memberikan jawban atas segala permasalahan manusia yang dianggap paling rumit dan kompleks. Apalagi dengan ditemukannya sebuah komputer baru yang mampu berfikir menyerupai otak manusia yakni sebuah komputer yang dapat memproses sebuah data dengan kecepatan tinggi, mampu mengenali bentuk wajah, suara dan identitas suatu benda.
Komputer ini ditemukan pada bulan oktober 1991 di Boston oleh para ilmuwan Laboratorium California Technology yang bekerja sama dengan sebua tim “Oxford University Amerika Serikat” dan komputer ini dinamakan “Silicon Neuron” (Jawa Pos; 21-Oktober-1991). Di sini manusia telah lupa bahwa munculnya komputer adalah salah satu karunia Allah SWT yang diberikan kepada manusia berupa kemampuan berfikir.
Selanjutnya di sisi lain praktek kehidupan manusia sekarang lebih cendrung matrialistis yaitu fenomena yang menggambarkan manusia yang selalu disibukkan oleh masalah-masalah harta kekayaan, pangkat, jabatan dan kedudukan. Lebih ironi lagi manusia lebih takut mananggung resiko dalam kehidupannya untuk memperoleh kesemuanya itu, sehingga tindakan yang sering dilakukannya adalah menghalalkan segala cara asalkan segala keinginan dan tujuan tercapai atau dikenal dengan perkataan lain “Semau Gue asalkan dapet”. Mereka beranggapan bahwa dengan kedudukan yang tinggi dan menumpuk-numpuk harta yang banyak akan terpenuhi segala fasilitas kebutuhannya, memang tanpa harta manusia akan sulit mencapai bahagia, namun dengan harta yang banyak juga belum tentu menjamin kebahagiaan dan kesejahteraan hidup manusia. Hal ini terbukti dengan banyaknya orang menderita penyakit yang sering disebut “Psikosomatic” dan penyakit ini sering menimpa pada negara-negara maju dan berkembang.
Disamping fenomena tersebut di atas telah muncul pula corak pemikiran manusia yang cendrung memisahkan ajaran agama dengan kehidupan yang profan yaitu dimana kehidupan dunia tidak ada hubungannya dengan kehidupan akhirat, mereka menganggap bahwa dunia untuk kehidupan dunia sedangkan kehidupan akhirat adalah nisbi. Untuk memperoleh dukungan dari publik atas penerapan ideologi yang diyakini, mereka tak henti-hentinya memberikan lobi-lobi yang menjauhkan pola pikir manusia dari keterikatan keyakinan yang benar sehingga terbukti munculnya faham atau aliran baru seprti; faham atheism, humanism, komunisme, sekulerisme, dan sebagainya.
Begitu jauhnya penyimpangan dan pembangkangan manusia modern terhadap ajaran-ajaran Allah SWT yang mempunyai nilai kebenaran hakiki, maka hal inilah yang kita identikkan sebagai kehidupan jahiliyah modern. “Wallahu A’lam Bisshowab”
0 komentar:
Posting Komentar