Kepala Daerah Diminta Permudah IMB Untuk SPBG
Jakarta - Menteri Energi dan Sumber Daya
Mineral (ESDM) Jero Wacik meminta kepada para kepala daerah baik gubernur,
walikota dan bupati agar mempermudah pemberian Izin Mendirikan Bangunan (IMB)
untuk Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG) di daerahnya. Sebab, dengan
kemudahan tersebut maka pembangunan SPBG bisa dilaksanakan lebih cepat untuk
mendukung pemanfaatan gas bumi untuk sektor transportasi.
Jero Wacik mengemukakan hal tersebut seusai
menyaksikan penandatanganan nota kesepahaman pemanfaatan gas bumi untuk sektor
transportasi di Jakarta,belum lama ini. Penandatanganan antara lain dilakukan
oleh perusahaan minyak dan gas bumi (migas) seperti PT.Pertamina Hulu Energi
(PHE), Pertamina Eksplorasi & Produksi ( Pertamina EP), Medco E&P,
Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas) serta
pemerintah daerah yaitu DKI Jakarta, Kota Bekasi (Jabar), Kota Depok (Jabar),
Kota Tangerang Selatan (Banten), Kota Bogor (Jabar), Kabupaten Bogor, Kabupaten
Sidoarjo (Jatim), Kabupaten Gresik (Jatim) dan Kota Surabaya (Jatim).
“Saya mohon
para kepala daerah agar mempercepat pemberian IMB untuk SPBG. Saya berharap
agar IMB untuk SPBG bisa selesai atau keluar izinnya dalam waktu satu
minggu,”kata dia. Jero Wacik telah menerima keluhan dari para pengusaha
transportasi bahwa keluarnya IMB SPBG harus menunggu dalam waktu lama.
Jero Wacik
mengatakan pula, untuk mempercepat penerapan pemanfaatan gas bumi untuk
sektor transportasi harus tersedia infrastuktur gas bumi seperti SPBG dalam
jumlah yang memadai. Kalau pembangunan SPBG tersendat-sendat maka penerapan
gas bumi untuk sektor transportasi menjadi terkendala. Diversifikasi bahan
bakar minyak (BBM) ke bahan bakar gas (BBG) pada sektor transportasi,kata dia,
merupakan salah satu bukti keseriusan pemerintah untuk memberikan pilihan
bahan bakar transportasi dan mengurangi BBM yang harganya mahal dan tidak
ramah lingkungan.
Sementara
itu, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) Kementerian ESDM
Evita Herawaty Legowo mengatakan sampai saat ini, pemanfaatan gas bumi untuk
sektor transportasi belum maksimal terutama karena kurangnya pasokan gas,
terkendala infrastuktur seperti SPBG serta dirasa masih mahalnya converter kit
(tangki untuk BBG di kendaraan) oleh para pengemudi angkutan umum. Alokasi gas
bumi sebesar 35,5 MMSCFD (Million Standard Cubik Feet per Day) dialokasikan di
daerah Jabodetabek, dimana gas dipasok dari Pertamina E&P, Medco E&P,
PHE Wilayah Jawa, PT.Perusahaan Gas Negara Tbk (PGN), JOBP Talisman
Jambi-Merang, dengan total volume gas 23,1 MMSCFD. Surabaya, Gresik dan
Sidoarjo dipasok dari PHE west Madura Offshore dan Santos dengan total volume
gas 10,2 MMSCFD dan Palembang dipasok dari SP2J dan Pertamina EP dengan total
volume gas sebesar 2,2 MMSCFD.
Pada tahun
2012, kata Evita Legowo, pemerintah akan membangun infrastuktur gas bumi SPBG
di Surabaya, Gresik dan Sidoarjo, DKI Jakarta, Kota Bekasi, Kota Depok, Kota
Tangerang Selatan, Kota Bogor, Kabupaten Bogor, Kabupaten Sidoarjo, Kabupaten
Gresik dan Kota Surabaya. SPBG LGV (liquid gas for vehicle) juga akan dibangun
terutama di daerah-daerah yang tidak tersedia alokasi gas bumi dan infrastuktur
pipa gas seperti Bandung, Bali dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Pada tahun
2012, pemerintah juga akan membagikan 25.500 unit converter kit kepada
kendaraan dinas dan angkutan umum.Program ini diharapkan dapat menghemat 0,3
juta KL (kilo liter) BBM atau subsidi BBM sekitar Rp 1,5 triliun.
Evita
Herawaty Legowo mengatakan pula, program diversifikasi dari BBM ke BBG pada
sektor transportasi merupakan salah satu program prioritas nasional yang
memberikan keuntungan bagi masyarakat dan pemerintah. Keuntungan bagi
masyarakat, tambah dia, gas harganya lebih murah,bersih dan sesuai tuntutan
teknologi permesinan kendaraan sehingga akan meningkatkan kesejahteraan dsan
kesehatan masyarakat. Sedangkan bagi pemerintah penggunaan BBG bisa menjamin
ketahanan energi dan menghemat subsidi BBM. (mgn)
0 komentar:
Posting Komentar